
Indonesia memiliki cadangan nikel laterit terbesar di dunia, tetapi selama bertahun-tahun, hasil tambang ini lebih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah. Kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi pun menjadi tantangan sekaligus peluang bagi PT Vale.
Di Blok Sorowako Sulawesi Selatan, PT Vale pun telah menerapkan sistem operasi pertambangan berkelanjutan, selain itu PT Vale juga melakukan proyek pengembangan di Blok Bahodopi Sulawesi Tengah dan Blok Pomalaa Sulawesi Tenggara.
Pada kegiatan Sewindu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlangsung pada September 2023, PT Vale memamerkan proyek-proyek smelter di Morowali, Pomalaa, dan Sorowako yang dirancang untuk memproses nikel hingga menjadi produk bernilai tinggi, dan menegaskan komitmennya dalam mendukung hilirisasi dengan menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk tambang dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Chief Executive Officer (CEO) PT Vale, Febriany Eddy, menjelaskan bahwa hilirisasi bukan hanya tentang meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga tentang keberlanjutan. “Kami ingin memastikan bahwa setiap langkah dalam rantai pasok nikel kami dilakukan dengan prinsip-prinsip pertambangan berkelanjutan,” ujarnya dalam sebuah wawancara di COP29.
PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) telah lama dikenal sebagai perusahaan pertambangan nikel terkemuka yang beroperasi di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan, PT Vale menunjukkan komitmen kuat dalam mengintegrasikan praktik pertambangan berkelanjutan melalui berbagai inovasi hijau, keterlibatan komunitas lokal, penerapan kebijakan strategis, serta program hilirisasi yang memberikan dampak ekonomi dan sosial yang positif.
Dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari operasionalnya, PT Vale telah mengadopsi berbagai teknologi dan praktik inovatif yang ramah lingkungan.
Salah satu langkah signifikan adalah kolaborasi dengan Pertamina Patra Niaga untuk mengadopsi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Pertamina Renewable Diesel sebagai bahan bakar alat berat. Inisiatif ini menjadikan PT Vale sebagai perusahaan pertama di sektor pertambangan Indonesia yang menggunakan HVO, mendukung target nasional Net Zero Emission 2060 dan pengurangan emisi karbon sebesar 33% pada tahun 2030. Penggunaan HVO diterapkan pada dua unit truk tambang Komatsu dan Caterpillar dengan kapasitas 100 ton, yang diuji coba selama satu bulan mulai 15 Oktober hingga 14 November 2024.
Uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan HVO mampu mengurangi emisi karbon hingga 70%, sebuah langkah signifikan dalam industri pertambangan. Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah mengoptimalkan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang sudah dimiliki sejak awal operasi. Tiga PLTA, yakni Larona, Balambano, dan Karebbe, menjadi sumber utama listrik untuk operasional tambang, menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama ini menjadi penyumbang emisi terbesar. Langkah ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga menurunkan emisi gas rumah kaca, sejalan dengan komitmen perusahaan terhadap dekarbonisasi.
Komentar