Kolaka, BuletinNews.com – Di sudut kecil kawasan pesisir Kelurahan Dawi-dawi, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, tersimpan kisah haru seorang anak bernama Imran. Di usianya yang baru menginjak 14 tahun, Imran telah kehilangan sosok ayah yang selama ini menjadi tumpuan keluarga. Sejak saat itu, hidupnya berubah.
Imran kini tinggal bersama sang ibu dan empat saudara kandungnya di sebuah rumah sederhana di Jalan Sunu, kawasan SD Terapung. Dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, ibunya berjuang seorang diri sebagai asisten rumah tangga. Pekerjaan itu hanya mampu memenuhi kebutuhan paling mendasar mereka, bahkan kerap kali tak cukup.
Namun, pada Rabu, 23 Juli 2025, senyum harapan kembali menyapa wajah Imran. Tim dari Lembaga Amil Zakat Nasional Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ) Kolaka datang berkunjung, membawa santunan tunai, paket sembako, dan makanan siap saji. Kehadiran mereka bukan hanya sekadar membawa bantuan materi, tetapi juga menghadirkan rasa peduli dan kekuatan moral bagi keluarga kecil ini.
“Kami hadir untuk meringankan sedikit beban Imran dan keluarganya, serta ingin menunjukkan bahwa mereka tidak sendiri,” ujar Basri, salah satu relawan WIZ Kolaka yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, para relawan menyusuri lorong-lorong sempit di atas papan kayu yang menghubungkan rumah-rumah warga di daerah pesisir. Suasana penuh kehangatan terlihat saat bantuan diserahkan langsung kepada Imran. Mata anak itu berbinar, mungkin karena rasa syukur, mungkin juga karena ia merasa bahwa masih ada yang peduli di tengah kondisi sulit yang ia jalani.
“Kami tahu ini bantuan kecil, tapi kami berharap ini bisa jadi cahaya harapan bagi Imran dan keluarganya. Hidup memang tidak mudah, tapi mereka tidak berjalan sendirian,” tambah Basri dengan nada tulus.
Bagi Laznas WIZ Kolaka, kegiatan ini bukan sekadar program tahunan atau rutinitas organisasi. Ini adalah bentuk nyata dari kepedulian sosial yang dibangun atas dasar empati. Mereka ingin menjadi jembatan antara para dermawan dan mereka yang membutuhkan uluran tangan.
Imran mungkin hanya satu dari banyak anak yatim dhuafa di negeri ini. Tapi hari itu, ia menjadi pusat perhatian kasih sayang. Dan untuk sejenak, ia tak lagi merasa sendiri menghadapi kerasnya hidup.
Komentar