
Jakarta, BuletinNews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa informasi ilmiah mengenai potensi gempa megathrust bukanlah ramalan atau upaya menimbulkan kepanikan, melainkan bentuk kewaspadaan berbasis data geologi dan sejarah. Hal ini disampaikan melalui unggahan resmi BMKG di media sosial, dalam kampanye edukatif bertajuk “Mengenal Potensi Megathrust, Kesiapsiagaan Adalah Kunci.”
Dalam unggahan tersebut, BMKG menjelaskan bahwa Indonesia berada di wilayah cincin api (ring of fire) yang memiliki banyak zona megathrust — yaitu zona pertemuan dua lempeng tektonik di mana salah satunya menyusup ke bawah lempeng lain. Proses ini menyebabkan penumpukan energi yang dapat dilepaskan sewaktu-waktu dalam bentuk gempa besar, bahkan tsunami.
Kepala BMKG melalui siaran edukatifnya menekankan, hingga saat ini tidak ada teknologi yang mampu memprediksi waktu, lokasi, dan kekuatan gempa secara pasti. Istilah seperti “tinggal menunggu waktu” bukanlah ramalan, tetapi penjelasan ilmiah bahwa wilayah tersebut menyimpan potensi energi besar karena lama tidak melepaskannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, BMKG bertanggung jawab atas pengamatan, pengelolaan data, dan pelayanan informasi kebencanaan, termasuk gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang, waspada, dan memahami langkah-langkah kesiapsiagaan.
BMKG juga mengimbau agar masyarakat:
1. Mengenali potensi gempa di wilayah sekitar.
2. Mempelajari langkah sebelum, saat, dan sesudah gempa.
3. Mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul aman.
4. Membangun rumah sesuai standar tahan gempa.
5. Selalu mengikuti informasi resmi dari kanal BMKG.
“Pernyataan ilmiah bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengedukasi masyarakat agar siap menghadapi potensi bencana,” tulis BMKG dalam unggahannya.








Komentar