
Bulukumba, BuletinNews.com – Dalam semangat inklusi dan pemberdayaan ekonomi lokal, Kelompok Disabilitas Desa (KDD) Maju Jaya Bontomangiring menjadi salah satu penyuplai utama gula aren dalam kegiatan Minum Kopi dengan Gula Aren oleh Peserta Terbanyak yang digelar di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Partisipasi KDD Maju Jaya bukan sekadar dukungan logistik, melainkan simbol nyata keterlibatan kelompok rentan dalam kegiatan publik berskala besar. Langkah ini menunjukkan bahwa kelompok disabilitas memiliki peran penting dalam memperkuat ekonomi desa dan menciptakan ekosistem sosial yang berkeadilan.
Ketua Badan Khusus Perwakilan KM Bulukumba Sulsel, Hendra Pachri, menegaskan bahwa produk gula aren dari KDD Maju Jaya adalah hasil kerja keras dan dedikasi yang pantas mendapat ruang di panggung masyarakat.
“Kami percaya setiap kelompok rentan, baik disabilitas, perempuan, maupun lansia, memiliki potensi besar. Tugas kita adalah membuka jalan dan memastikan mereka tidak berjalan sendiri,” ujar Hendra.
Lebih dari sekadar upaya pemecahan rekor, kegiatan ini menjadi simbol solidaritas, inklusi, dan keberdayaan masyarakat. Melibatkan berbagai UMKM lokal, kegiatan tersebut dirancang untuk membangun budaya baru dalam perayaan publik—di mana keberhasilan tidak hanya diukur dari jumlah peserta, tetapi juga dari siapa yang dilibatkan di dalamnya.
Ketua panitia lokal, Rudi Tahas, menjelaskan bahwa gula aren yang digunakan dalam kegiatan tersebut disuplai oleh petani dari wilayah Kahayya, Borong Rappoa, dan Garuntungan, termasuk para anggota kelompok binaan yang selama ini mendapat pendampingan dari panitia.
“Kami berharap kegiatan ini mencerminkan nilai kebersamaan dan kemandirian. Para petani aren yang ikut berkontribusi adalah bagian dari komunitas yang selama ini kami dampingi,” jelas Rudi.
Salah satu anggota KDD Maju Jaya, Sartia, yang juga penyandang disabilitas, turut berperan aktif dalam proses penyadapan nira di Dusun Bontomanai. Ia dikenal sebagai figur inspiratif karena pernah mewakili Bulukumba dalam Konferensi Internasional Restorative Justice dan Perubahan Iklim di Universitas Brawijaya, Malang, tahun 2024.
Panitia berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain agar setiap festival atau perayaan publik menjadi wadah nyata bagi pemberdayaan masyarakat, terutama kelompok rentan.
“Kita ingin Bulukumba dikenal bukan hanya karena kopi dan pinisi, tetapi juga karena keberaniannya merangkul semua warganya,” tutup Hendra.











Komentar